Showing posts with label Artikel : Islam. Show all posts
Showing posts with label Artikel : Islam. Show all posts

Air Mata Yang Menuntun ke surga

Dua ilmuwan pernah melakukan penelitian disertasi tentang air mata. Kedua peneliti tersebut berasal dari Jerman dan Amerika Serikat. Hasil penelitian kedua peneliti itu menyimpulkan bahwa air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe berbeda dengan air mata yang mengalir karena kecewa dan sedih.



Air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe ternyata tidak mengandung zat yang berbahaya. Sedangkan, air mata yang mengalir karena rasa kecewa atau sedih disimpulkan mengandung toksin, atau racun. Kedua peneliti itu pun merekomendasikan agar orang-orang yang mengalami rasa kecewa dan sedih lebih baik menumpahkan air matanya. Sebab, jika air mata kesedihan atau kekecewaan itu tidak dikeluarkan, akan berdampak buruk bagi kesehatan lambung.



Menangis itu indah, sehat, dan simbol kejujuran. Pada saat yang tepat, menangislah sepuas-puasnya dan nikmatilah karena tidak selamanya orang bisa menangis. Orang-orang yang suka menangis sering kali dilabeli sebagai orang cengeng. Cengeng terhadap Sang Khalik adalah positif dan cengeng terhadap makhluk adalah negatif.



Orang-orang yang gampang berderai air matanya ketika terharu mengingat dan merindukan Tuhannya, air mata itu akan melicinkannya menembus surga. Air mata yang tumpah karena menangisi dosa masa masa lalu akan memadamkan api neraka.



Hal ini sesuai dengan hadis Nabi, "Ada mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fisabilillah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah."



Seorang sufi pernah mengatakan, jika seseorang tidak pernah menangis, dikhawatirkan hatinya gersang. Salah satu kebiasaan para sufi ialah menangis. Beberapa sufi mata dan mukanya menjadi cacat karena air mata yang selalu berderai.



Tuhan memuji orang menangis. "Dan, mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk." (QS Al-Isra' [17]:109). Nabi Muhammad SAW juga pernah berpesan, "Jika kalian hendak selamat, jagalah lidahmu dan tangisilah dosa-dosamu."



Ciri-ciri orang yang beruntung ialah ketika mereka hadir di bumi langsung menangis, sementara orang-orang di sekitarnya tertawa dengan penuh kegembiraan. Jika meninggal dunia ia tersenyum, sementara orang-orang di sekitarnya menangis karena sedih ditinggalkan.



Tampaknya, kita perlu membayangkan ketika nanti meninggal dunia, apakah akan lebih banyak orang mengiringi kepergian kita dengan tangis kesedihan atau dengan tawa kegembiraan.


Jika air mata kerinduan terhadap Tuhan tidak pernah lagi terurai, apalagi jika air mata selalu kering di atas tumpukan dosa dan maksiat, kita perlu segera melakukan introspeksi. Apakah mata kita sudah mulai bersahabat dengan surga atau neraka.



Sumber : SM9

Kisah yesus tingkatkan Muallaf spanyol

Tiga belas tahun yang lalu Vicente Mota Alfaro adalah salah seorang pemeluk Kristen yang taat yang secara rutin mendatangi kelas Minggu dan membaca Injil setiap harinya.

Namun hari ini, dia tidak hanya seorang Muallaf, namun dia adalah Imam Masjid dari Pusat Kebudayaan Islam Valensia (CCIV).

Selain merupakan Muallaf pertama yang dipersilakan mengimami setiap kali sholat berjamaah, dia juga merupakan anggota Dewan Kepengurusan CCIV sejak 2005.

Pemimpin kelompok Muslim Valensia menetapkan Alfaro sebagai Imam besar, dan berterima kasih atas kerja kerasnya.

“Dia pantas kami pilih karena kehebatan pengetahuan agamanya”, kata El-Taher Edda Sekretaris Umum Liga Islam bagian Dialog dan Perdamaian.

Dia meyakini Alfaro telah menyebarkan pesan yang nyata mengenai Muallaf yang bergabung dalam kekuatan Islam.





Beberapa media setempat tidak lama lalu melaporkan adanya peningkatan jumlah Muallaf di Spanyol, tanpa adanya pertentangan dari pihak manapun.

Diperkirakan Muslim Spanyol berjumlah 1.5 juta dari 40 juta penduduk keseluruhan. Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Kristen.



Ketika masyarakat bertanya kepada Alfaro bagaimana dia dapat menjadi seorang Muallaf, dia akan memberikan jawaban yang sederhana.



“Allah telah menjadikan Islam sebagai agama dan hidupku”, katanya mantap.



Saat itu Alfaro berusia 20 tahun dan masih berkuliah ketika dia memutuskan untuk menjadi Muallaf.



“Saya membaca Al-Quran, saya menemukan kebenaran tentang Nabi Isa dan saya putuskan menjadi Muallaf”.



Pada awalnya dia adalah seorang pemeluk Kristen yang taat.



“Dulunya saya rutin pergi ke Gereja tiap Minggu dan membaca Injil setiap harinya”.



“Pada saat itu saya tidak tahu sama sekali mengenai Islam”.



Dia mempunyai seorang tetangga Muslim Algeria yang memperkenalkannya pada Islam.



“Ketika berbincang-bincang dia mengatakan bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, dan semuanya merupakan anak dari Nabi Ibrahim”, kenangnya.

“Saya terkejut mengetahui bahwa dalam Islam juga mengenal Adam, Hawa, dan Ibrahim”.Perbincangan tersebut rupanya membuat Alfaro muda semakin ingin mengetahui tentang Islam.



“Selanjutnya, saya meminjam salinan Al-Quran dari perpustakaan”.



Dia membawanya pulang dan membaca salinan Al-Quran tersebut dengan teliti.



Namun titik balik bagi Alfaro datang ketika dia membaca kisah tentang Yesus (Nabi Isa) dan kejadian penyaliban.



“Sebelumnya yang saya ketahui adalah Yesus merupakan anak Tuhan yang diutus ke dunia untuk menebus dosa umat manusia, dan sebetulnya hal tersebut cukup mengganggu saya”.



“Dan saya temukan jawabannya dalam Al-Quran. Yesus tidak pernah disiksa ataupun disalib”.

Muslim meyakini Nabi Isa sebagai salah satu Rasul yang diberi penghormatan lebih.



Dalam Islam, Nabi Isa tidak mengalami penyaliban, namun diangkat ke surga dan akan diturunkan kembali pada akhir zaman untuk memerangi Dajjal Al-Masih dan akan membawa kemenangan dan kejayaan bagi Islam.

Dan kisah tersebut merubah keyakinan Alfaro untuk menjadi seorang Muallaf bernama Mansour.

“Dengan cepat saya menyadari bahwa Al-Quran adalah Kitab Tuhan yang sesungguhnya, dan saya tidak pernah menyesal menjadi seorang Muallaf

Kisah Muallaf kecil dari amerika

Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)



Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.

Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi.

Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.

Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.



Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.

Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?”

Wartawan itu berkata: ”Tidak”. Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.



Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”. Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”



Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.”



Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja ?” Dia diam sesaat kemudian menjawab.

Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.

Wartawab bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?”

Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.

”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan

Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.



”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.

Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata : ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.



Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.



Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”



Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”



”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.



“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad



Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.



Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”



”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.



Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”



“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?” tanya wartawan



Maka dia menjawab dengan meyakinkan : “Tentu”



”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?”



Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”



”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”



”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad



Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?”



Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.

Stephen Schwartz, Jurnalis Amerika yang Bersyahadat di Bosnia

Pria yang lahir di Columbus, Ohio ini dikenal sebagai wartawan dan kerap mengkritik Bush. Kini ia menjalani Islam dan rajin shalat

Stephen Schwartz lahir di Columbus, Ohio tahun 1948. Lebih dari separuh hidupnya dihabiskan dengan berkarir sebagai wartawan dan penulis. Stephen kenal Islam dan bersyahadah ketika bertugas sebagai reporter di Bosnia. Setelah memeluk Islam, mantan wartawan senior San Francisco Chronicle ini kerap mengkritik pemerintahan Bush yang sering mengidentikkan teroris dengan Islam.  

Artikel-artikel kontroversialnya muncul di sejumlah koran ternama seperti The New York Times, The Wall Street Journal, The Los Angeles Times, dan The Toronto Globe and Mail. Stephen juga kontributor tetap untuk The Weekly Standard, The New York Post dan Reforma di Mexico City.

Berikut kisah pria yang mengaku tertarik dengan kehidupan sufi dalam Islam dan ketika di Bosnia aktif mengikuti kegiatan tarekat Naqshabandiah.

Stephen Schwartz memeluk Islam di Bosnia pada 1997 atau di usianya yang ke-49. Sebelumnya, lebih dari 30 tahun lamanya, dia melakukan studi dan menimba berbagai pengalaman hidup serta mempelajari sejarah beberapa agama samawi. Bagaimana ceritanya hingga dia terkesan dengan agama Islam.

“Aku tertarik dengan Islam sejak tahun 1990 saat berkunjung ke Bosnia untuk melakukan studi tentang sejarah Yahudi di Balkan. Aku butuh data itu untuk mengisi kolom rutin di jurnal Jewish Forward. Nah dalam penelitian itu, aku sempat menjalin kontak dengan tokoh-tokoh Islam Balkan,” kisah Stephen.Jika menilik sejarah hidupnya, dia mengaku berasal dari keluarga “agamis”. “Aku dibesarkan dalam lingkungan yang benar-benar ekstrem bagi kebanyakan orang Amerika. Ayahku seorang Yahudi yang taat. Sementara ibuku adalah anak dari seorang tokoh kelompok Protestan fundamentalis. Dia sangat paham dengan Bibel, juga Kitab Perjanjian Lama dan Baru,” kata pria yang menambah Suleiman Ahmad di depan namanya selepas memeluk Islam.

Stephen sendiri mengaku, pertama kali bersentuhan dengan agama adalah tatkala ikut kegiatan gereja Katolik. Walau saat itu belum memutuskan ikut ajaran itu, dia sempat tertarik dengan sejumlah literatur tentang kebatinan dalam ajaran Katolik. Keingintahuannya membuat dia melakukan sejumlah studi dan riset mendalam hingga ke negeri matador Spanyol.

Riset di Spanyol

Di awal penelitiannya, Stephen mengamati bahwa di balik kejayaan Katolik Spanyol ternyata terdapat pengaruh kuat sejarah Islam kala berkuasa di Spanyol. Dia mengaku takjub dan terinspirasi dengan agama Islam yang masih bertahan dalam sejumlah tradisi di sana.

“Sebagai seorang penulis, aku meneliti fenomena ini selama bertahun-tahun. Mula-mula kupelajari sejarah itu melalui aneka karya sastra masa lampau yang menunjukkan pengaruh Islam di kawasan Iberia itu,” ungkap dia.

Awal 1979, dia mulai mempelajari Kabbalah, sebuah tradisi mistik bangsa Yahudi. “Nah, menariknya di dalam Kabbalah itu juga kudapati adanya pengaruh Islam,” ujar Stephen yang meneliti tentang Kabbalah selama hampir 20 tahun lamanya.



Kenal Islam di Bosnia

Selama meneliti Kabbalah, dia sempat melakukan perjalanan ke Bosnia dalam kapasitasnya sebagai seorang reporter. “Tahun 1990 untuk pertama kalinya aku bersentuhan secara langsung dengan Islam di Bosnia dan untuk pertama kalinya pula aku mengunjungi sebuah mesjid di ibukota Sarajevo,” kata dia.

“Perlahan, aku melihat Islamlah yang mampu menawarkan jalan “terdekat” untuk mendapatkan kasih sayang Allah,” ujar pria yang juga aktif mengikuti tarekat Naqshabandiah kala di Bosnia. Dia bertemu dengan Syekh Hisham, seorang guru tarekat Naqshabandi di sana. Hatinya benar-benar terkesan hingga dalam hitungan minggu diapun bersyahadah di negeri Balkan itu. “Aku bangga jadi orang Islam,” aku dia.

Di Sarajevo, Stephen menemukan banyak hal yang mengesankan hatinya. “Kutemukan sebuah pos terdepan Islam di Eropa, saat mana aku tidak merasa sebagai seorang asing di sana. Saat mana aku secara gampang bisa berjumpa dan bergaul langsung dengan orang-orang Islam yang begitu ramah, demikian pula kalangan terdidiknya. Aku menemukan puisi dan gubahan musik yang begitu indah, yang mengekspresikan nilai-nilai keagungan dan kedamaian dalam Islam,” ungkap dia dipenuhi rasa kagum.

“Aku telah temukan sebuah “taman tua” yang indah,” ujar Stephen mengutip salah satu bait lagu Bosnia yang sangat terkenal yang berkisah tentang masa jaya Kekhalifahan Usmani di Balkan dan kontribusinya terhadap budaya Islam.

Stephen juga membaca beberapa bagian dari Alquran dan mengunjungi monumen-monumen Islam selama kunjungannya di Balkan.

“Aku layaknya kembali ke taman itu dan akhirnya masuk ke dalamnya,” ujar dia memberi ibarat. Ya, akhirnya dia memang memutuskan masuk Islam kala di Bosnia.

Takut timbul konflik

Sejak menerima Islam, Stephen sangat berhati-hati sekali dalam mengirim informasi keislamannya, baik itu kepada keluarga, teman-temannya hingga para tetangga dekatnya.

“Aku tidak mau sembarangan memberikan info ini, takut nanti timbul konflik dan kontroversi.. Aku juga tidak mau pengalaman ini dilihat atau dicap sebagai sesuatu yang bodoh atau picik. Ini bukan menyangkut diriku pribadi, tapi ini berkaitan dengan Allah. Aku ingin proses keislaman ini berada di jalan yang wajar. Hal ini semata-mata untuk kebaikan umat Islam dan juga bagi terbentuknya hubungan persaudaraan Islam di dalam ikatan kalimat la ilaha illallah,” tukas dia.

“Aku amati, adakalanya kalangan nonmuslim melihatku sebagai seorang muallaf baru yang terpengaruh oleh kehidupan di Balkan. Tapi aku segera meluruskan pendapat ini seraya menyebutkan bahwa aku suka Islam bukan karena terlibat politik atau alasan kemanusiaan, tapi murni semata-mata karena pesan indah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah,” kata dia lagi.

Damai dalam Islam

“Seperti telah kusebutkan di awal, aku menemukan bahwa hal-hal positif dalam agama samawi Yahudi dan Nasrani. Nilai-nilai positif itu terefleksikan dalam ajaran Islam. Jadi, Islam datang menyempurnakan agama terdahulu,” kata Stephen.

“Aku sangat yakin, tanpa adanya toleransi orang-orang Arab Spanyol dulu, terutama di saat Kekhalifahan Usmani masih berjaya, maka bangsa Yahudi telah lama hilang dari permukaan bumi ini. Halnya agama Yahudi hari ini, sangatlah jauh berbeda dengan ajaran mereka saat masih hidup berdampingan dengan orang-orang Islam dahulu,” tegas Stephen.

“Setelah memeluk Islam, hal yang sangat berkesan bagiku adalah adanya kedamaian hati disertai kehadiran Allah di dalam setiap hal. Muncul perasaan lembut, sopan santun, sederhana dan rasa ikhlas. Hidupku jadi mudah. Bahkan di saat aku ada masalah atau ujian dalam hidup ini,” tutur Stephen yang sangat yakin jika nilai-nilai Islam itu akan mampu menyelesaikan aneka permasalahan di Amerika, terutama perkara krisis moral.

Kritik Bush

Begitulah. Saat ini Stephen Schwartz dipercaya sebagai Direktur Eksekutif Center for Islamic Pluralism yang didirikan pada 25 Maret 2005 dan berpusat di Washington DC. Dia juga penulis buku best seller The Two Faces of Islam: Saudi Fundamentalism and Its Role In Terrorism.

Buku itu telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Dalam buku tersebut dia mengungkapkan rasa tak setujunya dengan cap Islam teroris dan mengkritik secara terbuka pemerintahan Bush yang selalu mengidentikkan teroris dengan Arab. Akibat kritik tajamnya itu Stephen pun lantas dipecat dari posisinya sebagai penulis berita di media bergengsi Voice of America.

Begitupun, dalam beberapa hal, Stephen mengaku sangat sedih kala melihat konflik di Timur Tengah. “Aku sering memimpikan adanya kedamaian dan persahabatan antara Israel dan Arab. Persis sepertimana di saat orang Yahudi bisa hidup damai di masa kepemimpinan orang Islam,” kata pria yang dikala mudanya pernah terlibat dalam kelompok radikal sayap kiri itu.

Yvonne Ridley,wartawati Mualaf Inggris

Yvonne Ridley, wartawati-feminis Inggris, yang menjadi mualaf setelah ditawan Taliban, dan kini menjadi pembela Islam di Inggris. Berikut ini adalah ceramah Yvonne Ridley beberapa tahun lalu di Global Peace & Unity Conference, London, tepatnya pada tanggal 30 November 2006. Mudah-mudahan bisa jadi informasi bagi saudara-saudara yang belum mengetahui sebelumnya.



Awalnya saya ingin mempersembahkan pidato saya di Global Peace and Unity Conference ini kepada Imam Anwar Al-Awlaki-seorang ulama terkemuka dan dihormati di komunitas Muslim berbahasa Inggris – yang ditahan di Yaman dua bulan yang lalu. Namun, saya juga harus berterima kasih kepada saudara Fahad Ansari dari Islamic Human Rights Commussion, penulis artikel “God Save The Deen”, yang menginsoirasi saya menulis ceramah ini. Sebagian besar isi ceramah ini terinspirasi oleh tulisannya itu.


Keislaman saya masih amat belia, karena saya baru menjadi muslimah pada 2003 – dan meskipun masih banyak yang harus saya pelajari, saya dapat merasakan frustasi yang dirasakan umat muslim pada saat ini. Saya tahu serangan 11 September berdampak luar biasa besar pada dunia, tapi itu bukan suatu awal … itu adalah kelanjutan dari warisan imperalisme AS dan ketakutannya terhadap Islam.

Sekitar 10 tahun yang lalu, para pemuda Muslim dari berbagai belahan dunia membanjiri Bosnia untuk membantu saudara-saudara merekan berjuang mempertahankan diri menghadapi Serbia yang melancarkan genosida, sementara dunia hanya berdiam diri menontonnya. Jihad menyatukan Muslim dari segala kebangsaan, status, dan kultur. Semua disatukan, bahkan mereka yang tidak bisa berangkat untuk berperang berusaha mengulurkan bantuan dalam berbagai bentuk lain seperti penggalangan dana, penyelenggaraan acara penyadaran masyarakat, dan demonstrasi.





Hasilnya, umat Muslim berhasil mematahkan usaha genosida.Dunia Barat baru melakukan intervensi setelah tampak jelas bahwa Muslim Bosnia akan meraih kemenangan.Mereka tidak bisa menerima berdirinya sebuah negera Islam di jantung Eropa, sehingga mereka pu mengitervensi. Ini buka semata-mata kesimpulan saya, tapi mantan Presiden Bill Clinton pun mengakuinya dalam autobiografinya.



Ketakuan terhadap Islam telah berkembang selama 10 tahun belakangan, sehingga darah saydara-saudara kami kini mengalir bagaikan sugau-sungai yang melintasi Chechnya, Kashmir, Palestina, Afganista, Irak, dan baru-baru ini kita semua menyaksikan apa yang terjadi di Lebanon. Saya pernah mendatangi banyak dari ladang-ladang pembantaian ini dan izinkan saya mengatakan kepada Anda bahwa tubu-tubuh rusah, meldak berkeping-keping dari saudara-saudara Muslim kami sama persis dengan tubuh-tubuh yang tersebar pada hari ini sangat jelas: darah Muslim adalah komoditas murah.



Sementara itu, puluhan ribu Muslim tak bersalah masih disiksa di tempat-tempat terpencil seperti Teluk Guantanamo, Bandara Bagram di Afganistan, Abu Gharib, Diego Garcia, dan penjara-penjara rahasia di berbagai penjuru dunia.



Sementara itu, di penjara-penjara bawah tanah di Suriah, Yordania, Maroko, Tunisia, Argeria, Mesir … saudara-saudara kami disiksa atas prakarsa dan tuntutan pemerintah AS. Dam saua uakin pemerintah Inggris pun terlibat dalam hal ini … Para pejabatintelejen Inggris tidak lama lagi akan dipermalikan karena keterlibatan mereke.



Bahkan sampai sekarang, masih ada 9 warga negara Inggris yang ditahan di Guantanamo – orang-orang Amerika tidak menginginkan mereka, tapi pemerintah Inggris juga tidak mau menerima mereka. Meskipun Departemen Luar Negeri memberikan berbagai dalih, sebenarnya mereka hanya perlu menelepon untuk meminta pembebasan saudara kami itu. Dan jangan pikir hanya laki-laki yang disekap dan disiksa – Moazzam bisa mendengan jeritan seorang perempuan di sel penyiksaan di Afganistan tempat dia ditahan oleh Amerika.



Temuilah Moazzam Begg di stan Cage Prisoners hari ini dan tanyakan kepadanya, apa yang bisa Anda lakukan untuk membantu. Karena kita bisa membantu. Hampir tak ada tahanan yang dibebaskan berkat proses pengadilan, melalui tekanan politik … yaitu ketika pemerintah turut campur tangan.



Anda yang hadir hari ini bisa membuat perubahan. Jangan hanya duduk di sini dan memndam kegeramam – beraksilah. Tekanlah para politisi Anda dan ingatkan mereka bahwa Andalah tuan-tuan mereka.



Dalam surah Al-Áshr, Allah menyatakan bahwa seluruh umat manusia, termasuk Muslim, berada dalam kerugian; kecuali mereka yang BERIMAN, MELAKUKAN AMAL KEBAIKAN, dan SALING MENGINGATKAN TENTANG KEBENARAN DAN KESABARAN. Hanya dengan memenuhi 4 kriteria ini, kita akan dapat berjumpa dengan Tuhan. Namun, jika kita membenamkan kepala kita di pasir dan berpura-pura tidak ada peninjasan di dunia, dan penderitaan saudara-saudara kita itu tak berarti apa pun bagi kita, maka mungkin kita tidak akan bisa berjumpa dengan-Nya.



Bahkan Ken McDonald, jaksa di Inggris, merasa jijik dengan tindakan-tindakan pemerintah – ia menyerang dengandengan sengit apa yang disebut “pengadilan-pengadilan rahasia“.



Pengadilan-pengadilan itu mengadili tersangka terorisme yang tidak diizinkan melihat bukti-bukti yang memberatkan mereka. Itu sungguh suatu penghinaan terhadap keadilan.



Dalam sebuah wawancara eksklusif denga Islam Channel News, dia berkomentar: “Kita harus menegaskan bahwa prinsip-prinsip ini tidak bisa ditawar-tawar. Dalam tekanan politik apa pun, dalam iklim apa pun, prinsip-prinsip ini adalah hakikat dari keadilan: persidangan yang terbuka dan dilakukan di hadapan pengadilan yang independen dan netral.



“Kita tidak menginginkan pengadilan-pengadilan rahasia, kita tidak menginginkan hakim yang dipilih secara rahasia, kita tidak menginginkan keadilan rahasia. Pengadilan yang berimbang; fairness di antara penuntut dan pembela tidak bisa ditawar-tawar; hak mendapat keterangan lengakap tentang kasus yang dituduhkan Negara terhadap Anda tidak bisa ditawar-tawar.



“Pembela berhak mengetahui tuduhan yang dihadapinya, dan mereka berhak mendapatkan bahan-bahan yang dimiliki Negara, termasuk yang merugikan tuduhan Negara atau menguntungkan tertuduh. Hak naik banding tidak bisa ditawar-tawar.



”Dan asas praduga tak bersalah, standar pembuktian kejahatan – yang melampaui keraguan-keraguan yang masuk akal – dengan tanggung jawab pembuktian terletak di pundak Negara, tak satu pun dari prinsip-prinsip ini bisa ditawar-tawar.”



Dan tentu saja ia benar – tapi Tony Blair berkata bahwa Muslim harus berhenti memiliki mentalitas korban.Namun, kalau kepala kejaksaan saja mengeluh, tentu kami punya alas an kuat.



Coba bayangkan, apa tanggapan anak-anak muda Muslim atas semua ini? Mereka membaca kisa-kisah kepahlawanan Saladin Al-Ayyubi, Khalid bin Walid, Tariq bin Ziad, dan menyimak kisah-kisah keberanian dan keperwiraan Nabi Muhammad saw, yang amat kami cintai. Tahukan Anda, 5 tahun lalu, saya sama sekali tidak tahu siapa Nabi saw itu. Namun, sekarang saya bersedia mengorbankan tetes darah terakhir saya untuk membela nama, kehormatan dan kenangan tentang beliau. Bahkan setelah wafat, beliau menunjukkan dirinya mampu menyatukan Ummah dalam protes terhadap karikatur jahat dari Denmark itu.



Pahlawan-pahlawan modern kami mencakup Malcolm X dan Syyid Qutb, yang tulisan keduanya membantu saya mendefinisikan diri sebagai Muslim.

Mereka menjadi semacam role model yang diikuti anak-anak muda kami. Namun, mereka malah menerima informasi-informasi yang simpang siur dan membingungkan. Blair mencoba melarang Milestones (Buki karangan Syyid Qutb) – ia diberi tau bahwa Usamah bin Ladin membaca buku itu … Well, Usamah juga membaca Shakespeare. Apakah kita juga harus melarang Tweifth Nightm Hamlet, dan karya-krya klasiknya yang lain? Satu menit, anak-anak muda kami diberi tahu untuk hanya takut kepada Alla SWT, tapi menit berikutnya, mereka diberi tahu untuk “melunakkan“ Islam mereka dan menunjukkan kepala dengan patuh.



Sejak peristiwa 11 September, diluncurkan kampanye gencar untuk mengubah Islam menjadi sesuatu yang lebih sesuai dengan menyuarakan Barat. Tujuannya adalah menciptakan sebuat Islam yang sekuler dan kultural yang rukun dengan dunia karena ia tunduk kepada penindas-penindasnya, bukannya kepada Allah; sebuah Islam tanpa jihad, syariah dan khilafah – hal-hal yang diperintahkan Allah kepada kami untuk menjalankannya, demi tegaknya din Allah di muka Bumi.



Dan upaya-upaya ini tampak di mana pun saya mengarahkan pandangan. Hijab direnggut dari kepala saudari-saudari kami di Tunisia, Prancis, dan Turki. Saudari-saudari kami di Belanda dan Jerman juga menjadi sasaran. Dan di Inggris, ada Jack Straw, mantan Menteri Luar Negeri Inggris uang mempermasalahkan Jilbab – dia mungkin tidak suka nikab, tapi saya berharap ia memakainya, ditambah sebuah berangus yang besar. Saya tidak membutuhkan laki-laki kulit putih setengah baya untuk memberi tau saya atau saudari-saudari saya bagaimana kami harus berpakaian. Nikab, seperti jilbab, seperti hijab menjadi simbol penolakan terhadap gaya hidup Barat yang negatif seperti penggunaan obat-obatan terlarang, mabuk-mabukkan, dan seks bebas. Sikap tersebut adalah pernyataan kepada Barat bahwa kami tidak mau menjadi seperti dirimu.



Muslim yang memilih menjadi lebih kebarat-baratan ketimbang orang Barat sendiri membuat saya tertawa – tidak sadarkah mereka bahwa tampak konyol di mata dunia? Mereka bersembunyi di balik deskripsi-deskripsi semacam moderat – lagi-lagi, pesan apakah yang ingin disampakan kepada anak-anak muda kami? Jika kita meminta mereka untuk menjadi moderat, tidakkah itu menyiratkan bahwa ada sesuatu yang salah denga Islam yang perlu dilunakkan, dijinakkan?

Apa itu moderat dan apa itu ekstremis? Saya tidak tahu. Saya hanya seorang Muslim. Saya tidak mengikuti ulama atau aliran mana pun … saya hanya mengikuti Nabi saw. Dan Sunnahnya. Apakah itu membuat saya menjadi seorang ekstremis? Saya tidak yakin Tony Blair memahami dirinya sendiri – saya menulis surat kepadanya tiga bulan yang lalu dan sampai sekarang saya masih menunggu balasannya.

Menjadi Muslim itu agak mirip dengan mengandung. Pernakah mendengar ada orang yang mengandung dengan moderat?

Islam telah diserang selama 1.400 tahun dan kami sekarang sudah belajar untuk hanya bergantung kepada Allah. Namun, masih ada Muslim yang mencium tangan yang menampar mereka. Saya khawatir bahwa kita tak lagi bisa memercayai seseorang hanya karena mengenakan busana islami.

Ada pemimpin-pemimpin Muslim yang mengklaim bahwa mereka membimbing dan melindungi kami, tapi tidak semuanya memikirkan kepentingan kami. Generasi muda kami harus sangat hati-hati sejak peristiwa 11 September dan Bom London 7 Juli. Kmi harus memberi tahu generasi muda kami bahwa apa yang terjadi di Palestina, kashmir, Chechnya, Irak dan Afganistanadalah perlawanan yang dibenarkan terhadap pendudukan militer yang brutal, sedangkan kejahatan-kejahatan seperti 11 September dan Bom London adalah terorisme. Menyamakan keduanya berarti mengkhianati saudara-saudara kami yang tak punya pilihan selai melawan atau terhapus dari muka planet ini.

Hamba-hamba baru Dunia Barat menghujat partai-partai Islam dan pemerintah-pemerintah yang menerapkan syari’ah. Saya menyebut mereka “Penggembira“. Mereka diterbangkan pemerintah dari AS, Kanada, Yaman, dan Mauritania untuk menyebarkan Islam yang jinak. Hasil akhirnya adalah penjinakan din Allah, sebuah Islam yang lemah dan pasif, mau menerima status quo yang menindas dan menghinakan Muslim; sebuah Islam yang mendorong Muslim mengutuk aksi saudara-saudara mereka yang denga gagah berani melawan pendudukan dan penindasan dengan segala yang mereka punya. Bahkan mendoakan mereka pun sekarang menjadi kejahatan – berapa lama lagi sebelum kami diberi tahu untuk tidak mendoakan mujahidin?



Salah satu panglima perang terbesar yang pernah dikenal dunia, Saladin Al-Ayyyubi, pembebas Al-Quds, pernah ditanya mengapa dia tak pernah tersenyum. Dia menjawab, bagaimana mungkin dia tersenyum padahal dia tahu Masjid Al-Aqsa masih diduduki? Saya bayangkan bagaimana tanggapannya terhadap situasi dunia sekarang? Saat ini para pemimpin Arab menari perut tanpa malu di hadapan Amerika sambil menyerahkan Irak di atas sebuah piring. Pemimpin-pemimpin Arab itu berpaling sementara Palestina yang jelita tak henti-hentinya diperkosa dan “putrid jelita” Arab lainnya, lebanon … kemanakah Dunia Arab ketika ia diserang dengan amat brutal?

Dan genderang perang kembali ditabuh. Bukan janya seluruh dunia menyaksikan, melainkan anak-anak kami, generasi muda kami, masa depan kami. Kita harus mendidik dan menginspirasi mereka dengan kisah-kisah Nabi dan para Sahabat. Selama Ummah memunculkan tokoh-tokoh seperti Khalid bin Walid, Saladin Al-Ayyubi, Sayyid Qutb, dan Malcolm X, kami tidak akan kalah. Semakin kami ditindas oleh para tiran, semakin sengit kami melawan. Inilah sifat Islam.

Dan inilah Islam yang perlu diikuti anak-anak muda kami, dengan bimbingan dan ispirasi. Kmi harus mengganti pemimpin-pemimpin yang mengebiri diri mereka sendiri dalam upaya menyedihkan untuk menjadi lebih Barat ketimbang bangsa Barat sendiri. Banyak anak muda Muslim sekarang menyadari bahwa tak peduli seberapa keras mereka mengompromikan din mereka untuk melebur ke dalam masyarakat yang lebih luas, ketika keadaan menjadi runyam, mereka akan diperlakukan dengan penuh kecurigaan. Semakin kami disuruh melupakan syari’ah, khilafah dan jihad, semakin Muslim akan membayar dengan darah untuk menegakkan nilai-nilai itu. Jihad yang kita saksikan di Palestina, Irak, Afghamistan, Kashmir, dan Chechnya adalah sesuatu yang mulai, sebuah perang yang dibenarkan melawan kezaliman dan tirani.

Aksi para jihadis sama sekalitidak menimbulkan ancaman terhadap Barat atau gaya hidup orang Barat. Perlawanan mereka bukan hanya dibenarkan tetapi bahkan didukung oleh hukum international. Ekstremis religius yang sungguh-sungguh menumbulkan ancaman terbesar meradikalisasi anak-anak muda kita adalah Kristen Fundamentalis di Gedung Putih dan Downing Street. Bush dan Blair telah menjadi agen perekrutan terbaik Al-Qaidah.

Semakin banyak anak muda Muslim menyadari bahwa bukan terorisme atau ekstremisme yang menjadi target, tetapi Islam sendirilah yang menjadi target.

Kini Ummah-lah yang harus memimpin dan menginspirasi generasi muda Muslim, seperti Nabi memimpin dan menginspirasi jutaan manusia dan akan terus demikian adannya. Dan pelajaran pertama yang harus kami sampaikan kepada generasi muda kami adalah takut kepada Allah SWT.

Ilmuwan Terkemuka NASA Asal Mesir Tetap Berkeyakinan akan Adanya Jin dan Dedemit

kopralIlmuwan terkemuka NASA asal Mesir, Farouk El-Baz mengatakan bahwa ia dengan sangat percaya meyakini adanya alam serta makluk sebangsa jin dan dedemit yang hidup di antara kita dan bersama kita.

Namun, El-Baz mengatakan jika ia sendiri tidak mengetahuinya dan tidak memiliki bukti-bukti saintis terkait keberadaan alam dan makhluk tersebut, kecuali insting ilmuwannya dan juga keyakinan agamanya.




Pernyataan El-Baz tersebut dilansir oleh situs berita Alarabiya (1/10).Pada mulanya, Alarabiya mewawancarai El-Baz di kediamannya di Boston, USA, terkait berbagai macam fenomena antariksa, khususnya penemuan planet baru yang menyerupai bumi di luar galaksi Bima Sakti yang memungkinkan untuk dihuni oleh manusia.Namun, di tengah-tengah wawancara, El-Baz secara mengejutkan mengemukakan tentang alam jin dan dedemit, yang ia yakini ada. Pernyataan tersebut terhitung sangat langka, mengingat mayoritas saintis, utamanya di NASA, tidak meyakini akan eksistensi alam gaib di luar alam kehidupan dunia ini.

"Ini tidak penting,Akan tetapi Jin dan dedemit itu ada, itu menurut pandangan dan keyakinan saya pribadi. Dan ini termasuk masalah keimanan,Saya sendiri tidak mengetahuinya, dan tidak mengetahui sesuatu apapun tentangnya, Yang jelas, mereka hidup bersama kita di alam semesta ini," kata El-Baz.





El-Baz sampai pada kesimpulan kepercayaan terhadap mahluk gaib melalui kecenderungan ilmiahnya yang menyatu dengan lengkap nya percaya pada ayat-ayat Al-Quran yang menandakan keberadaan mereka.Al-Quran menunjukkan bahwa jin sebagai makhluk yang diciptakan dari api, sedangkan manusia diciptakan dari tanah

Dr El-Baz mengatakan bahwa Al-Quran adalah inspirasi yang terbaik, menambahkan bahwa Al-Quran memaksa umat Islam untuk berpikir dan merenungkan.



El-Baz telah bekerja di NASA selama lebih dari 43 tahun. Di lembaga tersebut, El-Baz telah menduduki berbagai macam jabatan penting, selain berbagai penghargaan bergengsi.Dikatakan oleh El-Baz, kitab suci Alqur'an adalah sumber spirit dan ilham sainstis utamanya.

Tentang Farouk El-Baz :

Farouk El-Baz ( Arabic : فاروق الباز,) (lahir 2 Januari 1938) adalah  ilmuwan asal Amerika Mesir yang bekerja dengan NASA untuk membantu dalam perencanaan eksplorasi ilmiah dari bulan, termasuk pemilihan lokasi pendaratan bagi misi Apollo dan pelatihan astronot di bulan baik dalam misi pengamatan dan fotografi.

Saat ini, El-Baz adalah Profesor Riset dan Kepala Pusat untuk Penginderaan jarak Jauh di Universitas Boston , MA Boston, USA Dia adalah Profesor Tambahan dari Geologi di Fakultas Sains,Universitas Ain Shams , Kairo , Mesir . Beliau juga merupakan anggota Dewan Pengawas Geological Society of America Foundation, Boulder, CO, dan anggota US National Academy of Engineering, Washington, DC. selengkapnya via wikipedia & google translate

IDENTIFIKASI ALQURAN TENTANG FIRAUN YANG TENGGELAM DI LAUT MERAH

Kisah nabi Musa dalam Al-Qur’an mempunyai kesamaan dengan penjelasan Bibel. Namun ada juga sejumlah perbedaan. Tulisan ini mengkaji terutama teks Al-Qur’an tentang kisah nabi Musa, Al-Qur’an dan Bibel memberikan gambaran historis yang sangat berbeda dan menggaris-bawahi perbedaan besar dalam kredibilitas historis antara Al-Qur’an dan Bibel. Perbedaan tersebut akan dikontraskan dengan fakta historis yang teruji dan implikasinya akan diperbincangkan secara mendalam.





1. Satu Fir’aun, bukan dua




Kita melihat Bibel menyatakan bahwa Fir’aun yang memerintah Mesir pada saat kelahiran nabi Musa, meninggal ketika nabi Musa berada di Midian (Keluaran 2:23, 4:10) , sekembalinya dari Midian, nabi Musa menghadap Fir’aun yang berbeda. Sebagaimana telah disimpulkan sebelumnya, dengan memperbandingkan cerita Bibel terhadap fakta historis, Fir’aun sang penindas adalah Ramses II (1279SM – 1212 SM) dan karenanya Fir’aun masa eksodus adalah anaknya Merneptah (1212SM – 1202SM). Al-Qur’an dengan sangat jelas menyebutkan hanya ‘satu’ Fir’aun, bukan dua. Fir’aun ini menindas Bani Israel dan kemudian mengejar mereka saat eksodus dari Mesir. Semua ayat Al-Qur’an yang relevan secara sangat jelas hanya merujuk kepada satu Fir’aun. Dalam ayat Al-Qur’an yang menuturkan kisah nabi Musa tidak ada satupun yang menyebutkan tentang naik tahtanya Fir’aun baru di Mesir.



Bukti yang pertama terdapat dalam surat al-Qashash [QS 28:2-9]. Ayat tersebut bercerita tentang kejahatan Fir’aun dan kekejaman yang dilakukan terhadap Bani Israil sebelum nabi Musa lahir. Selanjutnya diberikan perincian tentang kelahiran nabi Musa dan izin Fir’aun agar nabi Musa dibiarkan hidup. Kisah tersebut berlanjut dengan keberangkatan nabi Musa ke Midian dan kemudian eksodus dan diinformasikan bahwa kemudian Fir’aun tenggelam. Disamping itu, bagian dialog antara nabi Musa dengan Fir’aun setelah kembali dari Midian dan Fir’aun yang disebutkan dalam Al-Qur’an menjelaskan dengan gamblang bahwa dialah yang memelihara nabi Musa pada masa kanak-kanak, lihat Asy-Syu’ara [QS 26:18-22].



Indikasi yang lain tentang adanya satu Fir’aun adalah surat Asy-Syu’ara [QS 26:10-16] dan al-Qashash [QS 28:32-35]. Berbeda dengan Bibel yang menggambarkan sama sekali tidak ada ketakutan nabi Musa untuk kembali ke Mesir karena Fir’aun sudah mati (Keluaran 4:19) Al-Qur’an menyatakan tegas bahwa ketika pertama kali diperintahkan Allah agar pergi ke Fir’aun, nabi Musa menunjukkan kekhawatirannya tentang misi ini, karena telah membunuh salah seorang kaum Fir’aun dan sebelumnya telah melarikan diri beberapa tahun. Jelaslah bahwa Al-Qur’an berbicara tentang satu Fir’aun yang berkuasa di Mesir sejak kelahiran nabi Musa sampai tenggelam di laut setelah eksodus Bani Israil.



2. Fir’aun yang lama memerintah



Fakta bahwa Al-Qur’an berbicara tentang satu Fir’aun yang memerintah Mesir sebelum kelahiran nabi Musa hingga eksodus – jika kita kombinasikan dengan perincian lain Al-Qur’an tentang kisah nabi Musa – mendorong suatu kesimpulan yang sangat penting tentang lama kekuasaan Fir’aun ini, dan juga identitasnya. Mengingat bahwa nabi Musa lahir ketika Fir’aun sudah berkuasa dan Fir’aun meninggal dalam pengejarannya terhadap nabi Musa, lama kekuasaan Fir’aun dapat dikalkulasikan dengan menjumlahkan semua ini : (1) lama kekuasaan Fir’aun sebelum nabi Musa lahir (2) usia nabi Musa ketika meninggalkan Mesir menuju Midian (3) lama nabi Musa tinggal di Midian (4) lama nabi Musa tinggal di Mesir setelah kembali dari Midian.



Pertama, Al-Qur’an tidan menyatakan pada tahun keberapa kekuasaan Fir’aun ketika nabi Musa lahir, maka kita hanya bisa membuat perkiraan minimal lama kekuasaan raja tersebut. Kedua, Kesimpulan berapa lama nabi Musa tinggal di Mesir sebelum pergi ke Midian dapat ditarik dari surat al-Qashash [QS 28:14] yang memuat kata ‘lammaa balagha asyuddahu’ yang diartikan secara harfiah ‘ketika dia mencapai kekuatan penuhnya’. Variasi ungkapan ini ditemukan dalam 8 ayat Al-Qur’an dan penafsiranpun beragam. Sebagian mufassir mengartikan ‘sampai masa pubertas’, sedangkan sebagian lain menyatakan ‘sampai usia yang lebih tua, 60 tahun’. (Setelah membahas panjang-lebar soal ini dengan mengkaitkan kepada kedelapan ayat tersebut, [QS 6:152], [QS 17:34], [QS 4:6] dan [QS 18:82] tentang kematangan usia pada anak yatim, serta ayat lainnya seperti [QS 22:5], [QS 46:15], juga terkait dengan usia dewasa dari nabi Yusuf [QS 12:19-24], maka disimpulkan bahwa usia 22 tahun adalah dugaan yang dapat diandalkan tentang usia nabi Musa ketika pergi ke Midian.



Ketiga, selama di Midian disebutkan secara eksplisit dalam surat al-Qashash [QS 28:27-29], ayat tersebut menyatakan bahwa nabi Musa langsung meninggalkan Midian setelah terpenuhi kontrak yang telah disepakati dengan mertuanya, namun Al-Qur’an tidak menyebutkan pasti apakah delapan atau sepuluh tahun. Oleh karena itu kita memperkirakan rentang waktu tersebut. Kalkulasi tersebut membuahkan kesimpulan bahwa ketika nabi Musa pertama kali diajak bicara oleh Allah dan kembali ke Mesir, beliau berusia sekitar 28 – 32 tahun. Keempat, lamanya waktu nabi Musa tinggal di Mesir setelah kembali dari Midian, Al-Qur’an mengisyaratkan adanya periode yang agak lama. Indikasinya terdapat dalam surat al-A’raf [QS 7:129] tentang keluhan Bani Israil yang menyatakan bahwa mereka ditindas setelah nabi Musa menyampaikan risalah dan nabi Musa menasehati mereka agar bersabar. Indikasi yang lain menyebutkan soal adanya ‘kekeringan’ yang menunjuk periode beberapa tahun, bahkan dalam tahun-tahun berurutan seperti dalam surat al-A’raf [QS 7:131]. Karena itu, pemukiman kedua nabi Musa di Mesir diperkirakan berlangsung selama 8 – 10 tahun.



Berdasarkan analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Fir’aun yang hidup di jaman nabi Musa sekurang-kurangnya telah berkuasa sangat lama, yaitu sekitar 36-40 tahun, ini merupakan penafsiran yang sangat rendah, karena belum menghitung berapa tahun Fir’aun tersebut telah memerintah sampai ketika nabi Musa lahir. Kesimpulan ini memiliki potensi yang sangat penting dalam mengidentifikasikan Fir’aun ini karena hanya sedikit Fir’aun yang berkuasa selama itu sepanjang sejarah Mesir. Bahkan pada paruh kedua milenium kedua SM – yang disepakati semua peneliti sebagai periode terjadinya eksodus – hanya ada 2 Fir’aun yang memerintah lebih dari 40 tahun, mereka adalah Tuthmosis III (1504SM – 1450SM) dan Ramses II (1279SM – 1212SM). Dari kedua Fir’aun tersebut hanyalah Ramses II yang terlihat sesuai indikasi yang disampaikan Al-Qur’an, karena Tuthmosis III secara faktual baru memerintah setelah ibu-tirinya meninggal pada tahun 1483SM sehingga Fir’aun ini mutlak berkuasa hanya selama 33 tahun dan karenanya bukan Fir’aun yang dibicarakan dalam Al-Qur’an.



3. Fir’aun ‘pemilik autad’



Al-Qur’an memberikan deskripsi unik lainnya tentang Fir’aun yang terbukti dapat diberikan kepada Ramses II, dengan menyebutnya sebagai ‘dzii al-autad’ terdapat dalam surat Shaad [QS 38:10-13] dan surat al-Fajr [QS 89:6:13]. Para mufassir mempunyai perbedaan pendapat tentang kata ‘autad’ – jamak dari kata ‘watad’. Sebagian menafsirkan sebagai ‘kekuasaan dan kekejaman yang luar biasa’ karena Fir’aun adalah seorang tiran yang kejam, sebagian yang lain menafsirkan sebagai ‘prajurit’ karena dia memiliki tentara yang banyak. Namun pendapat yang lebih banyak disepakati adalah bahwa sebutan tersebut berarti ‘pasak’ atau ‘paku’ besar yang dipergunakan Fir’aun untuk menyiksa orang ketika mereka berpindah kepada agama nabi Musa, seperti yang terdapat dalam surat Thaaha [QS 20: 70-71], Asy-Syu’ara [QS 26:46-49], dan al-A’raaf [QS 7:120-124]. Kata ‘autad’ sendiri dalam bahasa Arab mempunyai beberapa makna seperti ; kekerasan, kekuasaan, tiang dan bangunan yang aman atau bangunan yang tinggi. Penulis buku ini mengajukan pendapat yang menarik dengan memperbandingkan kata ‘autad’ yang terkait dengan gunung-gunung (dalam Al-Qur’an disebut ‘rawaasii’ dan ‘jibaal’ ). Ketika Al-Qur’an membahas tentang peranan gunung yang menstabilkan bumi, Al-Qur’an menyebut kata ‘rawaasii’, sedangkan kata ‘autad’ dipergunakan dalam konteks kata ‘jibaal’. Perbedaan menarik antara penggunaan kedua kata itu dan perbedaan konteks penggunaan keduanya mengantar penulis buku ini menyatakan bahwa ‘autad’ bermakna ‘bangunan-bangunan’.



Sebenarnya penafsiran kata ‘autad’ sebagai ‘bangunan-bangunan’ sesuai dengan konteks ayatnya, yaitu surat al-Fajr [QS 89:6-13] yang mensejajarkan ‘

Fir’aun pemilik autad dengan kaum Aad yang mempunyai ‘bangunan-bangunan yangh tinggi’ dan kaum Tsamud yang ‘memotong batu di lembah’ untuk membangun rumah-rumah mereka.



Pilihan Al-Qur’an menggambarkan Fir’an sebagai ‘pemilik bangunan’ sangatlah tepat. Hal ini yang membedakan Ramses II dengan Fir’aun yang lain. Fir’aun ini menjalankan proyek pembangunan lebih banyak ketimbang Fir’aun yang lain sepanjang sejarah Mesir. Dia membangun patung-patung dan kuil-kuil besar di seluruh Mesir. “Sebagai pembangun monumen”, tegas Clayton. “Ramses II paling terkenal diantara seluruh Fir’aun Mesir. Meskipun Khufu telah menciptakan Piramida raksasa, tangan Ramses II menjangkau seluruh negeri. Tentang Ramses II ini, Clayton selanjutnya menyatakan :



“Prestasi pembangunan laksana Hercules. Dia membangun kuil-kuil besar di Karnak dan Luxor, menyempurnakan kuil-kuil makam ayahnya, Seti, di Gourna (Thebes) dan juga kuil Abydos, da membangun kuilnya sendiri didekat Abydos. Di tepi barat Thebes. Dia membangun makam-makam raksasa, Ramesseum. Prasasti pada galian batu di Gebel el-Silsila mencatat setidaknya 3.000 pekerja yang dipekerjakan disana untuk memecah batu yang diperlukan untuk Ramesseum. Kuil-makam penting lainnya berdiri di Nubia di Beit el-Wali, Gerf Hussein, Wadi es-Sebua, Derr dan bahkan sampai menjangkau daerah paling selatan. Napata”. (Clayton, P.A – 1994 – Chronicle of the Pharaohs: The Reign-By-Reign Record of the Rules and Dysnaties of Ancient Egypt)



Mengomentari obsesi luar biasa Fir’aun dengan bangunan ini, Kitchen (dalam buku ‘Pharaoh Triumphant; The Life and Times of Ramesses II King of Egypt’ ) mengatakan :”dia ingin berkarya tidak hanya pada skala kebesaran – saksikanlah Ramesseum, Luxor, Abu Simbel dan kemegahan Pi-Raamses yang sekarang telah lenyap – tetapi juga berbagai bidang seluas mungkin”. Kitchen menyatakan bahwa :”bisa dipastikan untuk karyanya yang berupa bangunan untuk dewa-dewa di seluruh Mesir dan Nubia, Ramses II melampaui tidak hanya Dinasti ke-18, tetapi juga semua periode dalam sejarah Mesir”.



Dengan demikian dapat dilihat secara jelas mengapa Al-Qur’an memilih menyebut Ramses II dengan ‘Fir’aun pemilik autad’.



4.
Fir’aun yang dimumikan



Baik Al-Qur’an maupun Bibel menyatakan dengan tegas bahwa Fir’aun pada masa nabi Musa tewas tenggelam ketika berupaya mengejar nabi Musa dan bani Israil (Keluaran 14). Namun Bibel tidak secara eksplisit manyatakan bahwa jasad Fir’aun tersebut ditemukan orang. Ini terlihat bagaimana reaksi para sarjana Bibel ketika mumi Merneptah (yang dikalim merupakan Fir’aun eksodus yang berbeda dengan Fir’aun Ramses II ketika nabi Musa lahir) tidak ditemukan baik didalam makamnya di Lembah Raja-Raja maupun ditempat penyimpanan mumi-mumi kerajaan yang ditemukan tahun 1881 di dekat Deir el-Bahari di Thebes. Mereka mengklaim bahwa Merneptah pastilah Fir’aun eksodus yang telah tenggelam di laut sehingga jasadnya tidak ditemukan. Namun klaim ini terpaksa dikoreksi pada tahun 1898 ketika mumi Merneptah ditemukan ditempat penyimpanan mumi kerajaan yang tersembunyi di makam Amenhotep II di Lembah Raja-Raja bersama 15 mumi lainnya (Clayton 1994: hal 158). Menarik untuk ditunjukkan bahwa keyakinan yang didasari pada Bibel bahwa Merneptah adala Fir’aun pada masa eksodus – dikombinasikan dengan fakta bahwa penyelidikan terhadap muminya menunjukkan lapisan tebal garam pada kulitnya – dinyatakan sebagian sarjana Bibel sebagai bukti bahwa dialah Fir’aun masa eksodus yang lenyap dilaut. Namun sebenarnya, ini adalah akibat dari pembalseman (Harris dan Weeks : X-raying the Pharaohs).



Al-Qur’an, disisi lain, disamping menekankan dalam sejumlah ayat bahwa Fir’aun dan para tentaranya tenggelam, menjelaskan bahwa jasad Fir’aun yang tenggelam itu diselamatkan sebagai tanda bagi manusia, pada surat Yunus [QS 10:90-92]. Pernyataan Al-Qur’an tersebut sejalan dengan fakata bahwa jasad Ramses II masih ada dalam bentuk yang telah dimumikan. Mumi Ramses II ditemukan pada tahun 1881 diantara 40 mumi yang terpelihara di tempat penyimpanan dekat Deir el -Bahari di Thebes. Buccaile (The Bible, the Quran and Science: The Holy Scripture Examined in the Light of Modern Knowledge) menunjukkan dengan tepat, pada saat pewahyuan Al-Qur’an, keberadaan mumi-mumi ini tidak diketahui sama sekali.



Ada juga hal penting yang harus ditegaskan, bahwa Allah banyak menyebut dalam Al-Qur’an tentang orang ataupun kaum yang Dia hukum sebagai pelajaran bagi manusia, hanya dalam kasus Fir’aun inilah Allah menyatakan bahwa Dia akan menyelamatkan jasad-nya dan menjadikan sebagai peringatan bagi manusia. Fakta menarik lainnya adalah Allah menyatakan Dia akan menyelamatkan jasad Fir’aun untuk dijadikan sebagai tanda bagi mereka yang datang ‘sesudah’ Fir’aun dan Dia tidak membatasi pernyataan tersebut hanya untuk orang-orang Mesir dan/atau mereka yang hidup pada masa itu saja. Mumi Ramses II hingga kini masih bisa dilihat orang yang datang dari mana saja. Sekarang mumi tersebut terpelihara di Museum Mesir di Kairo.



Dari buku :

Sejarah Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur’an, Sebuah Penelitian Islamic Archeology.

Pengarang : Dr. Louay Fatoohi dan Prof. Shetha al-Dargazelli